Batu Gamping
Batu Gamping (limestone) CaCO3 adalah batuan sedimen terdiri dari mineral calcite (kalsium
carbonate). Sumber utama
dari calcite ini adalah organisme laut. Organisme ini mengeluarkan shell yang keluar ke air dan terdeposit di lantai samudra sebagai pelagic ooze .
Calcite sekunder juga dapat terdeposi oleh air meteorik tersupersaturasi (air tanah yang presipitasi material di
gua). Ini menciptakan speleothem seperti stalagmit dan stalaktit. Bentuk yang lebih jauh terbentuk
dari Oolite (batu kapur Oolitic) dan dapat
dikenali dengan penampilannya yang
granular. Batu kapur membentuk 10%
dari seluruh volume batuan sedimen.
Pembentukan batu gamping terjadi secara organik,
mekanik atau secara kimia.
Organik :
pengendapan binatang karang/cangkang siput, foraminifera, koral/kerang
Mekanik : bahanya
sama dengan organik yg berbeda hanya terjadinya perombakan dari batu
gamping tersebut yg kemudian terbawa arus dan diendapkan tidak terlalu
jauh dari tempat semula. Kimia :
terjadi pada kondisi iklim dan suasana lingkungan tertentu dalam air laut atau
air tawar.
Untuk
batugamping yang terjadi secara mekanik, sebetulnya bahannya tidak jauh berbeda
dengan jenis batugamping yang terjadi secara organic. Yang membedakannya adalah
terjadinya perombakan dari bahan batu kapur tersebut yang kemudian terbawa oleh
arus dan biasanya diendapkan tidak jauh dari tempat semula. Sedangkan yang
terjadi secara kimia adalah jenis batugamping yang terjadi dalam kondisi iklim
dan suasana lingkungan tertentu dalam air laut ataupun air tawar.
Selain hal diatas, mata air mineral dapat pula mengendapkan batugamping. Jenis batugamping ini terjadi karena peredaran air panas alam yang melarutkan lapisan batugamping dibawah permukaan, yang kemudian diendapkan kembali dipermukaan bumi.
Magnesium, lempung dan pasir merupakan unsure pengotor yang mengendap bersama-sama pada saat proses pengendapan. Keberadaan pengotor batugamping memberikan klasifikasi jenis batugamping. Apabila pengotornya magnesium, maka batugamping tersebut diklasifikasikan sebagai batu gamping dolomitan.
Begitu juga apabila pengotornya lempung, maka batu kapur tersebut diklasifikasikan sebagai batugamping lempungan, dan batugamping pasiran apabila pengotornya pasir. Persentase unsure-unsur pengotor sangat berpengaruh terhadap warna batu kapur tersebut, yaitu mulai dari warna putih susu, abu-abu muda, abu-abu tua, coklat, bahkan hitam. Warna kemerah-merahan misalnya, biasanya disebabkan oleh adanya unsure mangan, sedangkan kehitam-hitaman disebabkan oleh adanya unsure organic.
Batugamping dapat bersifat keras dan padat, tetapi dapat pula kebalikannya. Selain yang pejal dijumpai pula yang porous.
Batugamping yang mengalami metamorfosa akan berubah penampakannya maupun sifat-sifatnya. Hal ini terjadi karena pengaruh tekanan maupun panas, sehingga batugamping tersebut menjadi berhablur, seperti yang dijumpai pada marmer. Selain itu, air tanah juga sangat berpengaruh terhadap penghabluran kembali pada permukaan batugamping, sehingga terbentuk hablur kalsit.
Dibeberapa daerah endapan batu batugamping seringkali ditemukan di gua dan sungai bawah tanah. Hal ini terjadi sebagai akibat reaksi tanah. Air hujan yang mengandung CO3 dari udara maupun dari hasil pembusukan zat-zat organic dipermukaan, setelah meresap ke dalam tanah dapat melarutkan batugamping yang dilaluinya. Reaksi kimia dari proses tersebut adalah sebagai berikut :
CaCO3 + 2 CO2 + H2O Ca (HCO3)2 + CO2
Ca (HCO3)2 larut dalam air, sehingga lambat laun terjadi rongga di dalam tubuh batugamping tersebut. Secara geologi, batugamping erat sekali hubungannya dengan dolomite. Karena pengaruh pelindian atau peresapan unsure magnesium dari air laut ke dalam batugamping, maka batugamping tersebut dapat berubah menjadi dolomitan atau jadi dolomite. Kadar dolomite atau MgO dalam batugamping yang berbeda akan memberikan klasifikasi yang berlainan pula pada jenis batugamping tersebut.
Selain hal diatas, mata air mineral dapat pula mengendapkan batugamping. Jenis batugamping ini terjadi karena peredaran air panas alam yang melarutkan lapisan batugamping dibawah permukaan, yang kemudian diendapkan kembali dipermukaan bumi.
Magnesium, lempung dan pasir merupakan unsure pengotor yang mengendap bersama-sama pada saat proses pengendapan. Keberadaan pengotor batugamping memberikan klasifikasi jenis batugamping. Apabila pengotornya magnesium, maka batugamping tersebut diklasifikasikan sebagai batu gamping dolomitan.
Begitu juga apabila pengotornya lempung, maka batu kapur tersebut diklasifikasikan sebagai batugamping lempungan, dan batugamping pasiran apabila pengotornya pasir. Persentase unsure-unsur pengotor sangat berpengaruh terhadap warna batu kapur tersebut, yaitu mulai dari warna putih susu, abu-abu muda, abu-abu tua, coklat, bahkan hitam. Warna kemerah-merahan misalnya, biasanya disebabkan oleh adanya unsure mangan, sedangkan kehitam-hitaman disebabkan oleh adanya unsure organic.
Batugamping dapat bersifat keras dan padat, tetapi dapat pula kebalikannya. Selain yang pejal dijumpai pula yang porous.
Batugamping yang mengalami metamorfosa akan berubah penampakannya maupun sifat-sifatnya. Hal ini terjadi karena pengaruh tekanan maupun panas, sehingga batugamping tersebut menjadi berhablur, seperti yang dijumpai pada marmer. Selain itu, air tanah juga sangat berpengaruh terhadap penghabluran kembali pada permukaan batugamping, sehingga terbentuk hablur kalsit.
Dibeberapa daerah endapan batu batugamping seringkali ditemukan di gua dan sungai bawah tanah. Hal ini terjadi sebagai akibat reaksi tanah. Air hujan yang mengandung CO3 dari udara maupun dari hasil pembusukan zat-zat organic dipermukaan, setelah meresap ke dalam tanah dapat melarutkan batugamping yang dilaluinya. Reaksi kimia dari proses tersebut adalah sebagai berikut :
CaCO3 + 2 CO2 + H2O Ca (HCO3)2 + CO2
Ca (HCO3)2 larut dalam air, sehingga lambat laun terjadi rongga di dalam tubuh batugamping tersebut. Secara geologi, batugamping erat sekali hubungannya dengan dolomite. Karena pengaruh pelindian atau peresapan unsure magnesium dari air laut ke dalam batugamping, maka batugamping tersebut dapat berubah menjadi dolomitan atau jadi dolomite. Kadar dolomite atau MgO dalam batugamping yang berbeda akan memberikan klasifikasi yang berlainan pula pada jenis batugamping tersebut.
Adapun
deskripsi dari batugamping adalah
sebagai berikut :
a.
Warna
: Putih,putih kecoklatan,
dan putih keabuan
b.
Kilap
: Kaca, dan tanah
c. Goresan
: Putih sampai putih keabuan
d. Bidang
belahan : Tidak teratur
e.
Pecahan : Uneven
f.
Kekerasan : 2,7 – 3,4 skala mohs
g. Berat
Jenis : 2,387 Ton/m3
h. Tenacity
: Keras, Kompak, sebagian berongga
Jenis- jenis Batu Gamping
1. Gamping Kristalin
Batu gamping kristalin merupakan salah satu jenis batuan sedimen yang terbentuk
dari batuan sediment seperti yang kita kira, batuan sedimen terbentuk dari
batuan sedimen, tidak juga terbentuk dari clay dan sand, melainkan batuan ini
terbentuk dari batu-batuan bahkan juga terbentuk dari kerangka calcite yang
berasal dari organisme microscopic di laut yang dangkal. Sehingga sebagian
perlapisan batu gamping hampir murni terdiri dari kalsit, dan pada perlapisan
yang lain terdapat sejumlah kandungan silt atau clay yang membantu ketahanan
dari batu gamping tersebut terhadap cuaca. Sehingga lapisan yang gelap pada
bagian atas batuan ini mengandung sejumlah besar fraksi dari silika yang
terbentuk dari kerangka mikrofosil, sehingga dimana lapisan pada bagian ini
lebih tahan terhadap cuaca.
2. Gamping Oolitik
Batuan sedimen kimiawi yang terbentuk dari butiran kalsit. Batuan ini baik
untuk bahan bangunan.Memiliki lapisan (LIAS) yaitu lapisan gamping dan serpih
laut dalam yang tersusun berselang-seling. Lapisan ini mengendap sebagai lumpur
laut dalam dan gampingnya terpisah keika batuan mengeras.
Batuan sedimen klastik yang terbentuk karena adanya akumulasi zat-zat organik
dimana memiliki partikel butiran kapur dan butirannya bundar serta agak halus.
Terbentuknya sebagsi hasil sedimentasi mekanik.
3. Gamping Numulitis
Bongkah batu atau gamping numuliites merupakan "olistolit" hasil
suatu pelongsoran besar didasar laut dari tepian menuju tengah cekungan yang
dalam. Fosil yang ada menunjukkan bahwa pada kala Eosen kawasan sekitar
Karangsambung merupakan laut dangkal di mana pada tepi-tepi cekungan diendapkan
batu gamping numulites.
Batuan sedimen bioklastik yang dipenuhi oleh fosil Foramnifera Nummulities
yang memberikan petunjuk bahwa batuan ini diendapkan dilaut dangkal
dan berumur hingga 55 juta tahun lalu.
4. Gamping Terumbu
Proses pembentukan batuan gamping terumbu berasal dari pengumpulan plankton,
moluska, algae yang keudian membentuk terumbu. Jadi gamping terumbu berasal
dari organisme. Batuan sedimen yang memiliki komposisi mineral utama dari
kalsit (CaCO3) terbentuk karena aktivitas dari coral atau terumbu
pada perairan yang hangat dan dangkal dan terbentuk sebagai hasil sedimentasi
organik.
No comments:
Post a Comment